Kamis, 25 September 2014

konsep dasar keperawatan profesional


KONSEP DASAR KEPERAWATAN PROFESIONAL




http://imamahmadalfath.files.wordpress.com/2012/04/akperxx.jpg?w=540




Di Susun :
1.        Nurhafidoh
2.        Nurseha Novia
3.        Nurul Milah
4.        Pipit Pitriani
5.        Putri Faradila
6.        Rd. Dara. S
7.        Risfan J
8.        Riska R
9.        Riski Purna
10.    Risman


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN SERANG
2014-2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Keperawatan Profesional ”.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belum sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.
Serang, 17 september 2014

Penyusun







PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan yang berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan, profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga atau kelompok di komunitas. (Committee on Education American Nurses Association (ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan bahwa, pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis, selain itu juga telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:
1.    Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.
2.    Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.    Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan menggunakan pendekatan holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh American Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu:
1.    Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.
2.    Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien dan memahaminya baik secara individual atau secara berkelompok.
3.    Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan treatment respon manusia.
4.    Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.
Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme, profesionalisasi, dan profesi.
1.    Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat resmi, cara hidup yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme keperawatan telah ada sejak zaman Florence Nightingale (1820-1910).



2.    Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan/disepakati.
3.    Profesi
Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan yang lebih luas atau memiliki ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta dipersiapkan dengan cara yang baik.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian profesi ?
2.      Bagaimana karakteristik profesi ?
3.      Bagaimana keperawatan profesional ?
4.      Bagaimana proses profesionalisme keperawatan ?
5.      Bagaimana bentuk model praktek keperawatan profesional di rumah sakit dan masyarakat ?

C.    Tujuan penulisan
1.         Mengetahui pengertian profesi.
2.         Mengetahui karakteristik profesi.
3.         Mengetahui keperawatan profesional.
4.         Mengetahui proses profesionalisme keperawatan.
5.         Mengetahui bentuk model praktek keperawatan profesional di rumah sakit dan masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN

1.    KONSEP DASAR KEPERAWATAN PROFESIONAL
A.      Pengertian profesi, karakteristik profesi, keperawatan profesional, proses profesionalisme keperawatan

Ø  Pengertian Profesi
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
Ø  Karakteristik Profesi
Lieberman (1956), Mengemukakan bahwa karakteristik profesi kalau di cermati secara seksama. Ternyata terdapat titik titik persamaan nya . diantara pokok pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut :
1.    A unique, definite, and essential service (Unik,terbatas, dan jasa penting)
Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik (Khas), dalam arti  berbeda dari jenis perKerjaan atau pelayanan apapun yang lainnya. Disamping itu profesi juga bersifat definite (Terbatas) dalam arti cakupan bidang garapannya (Meskipun Mungkin Sampai batas dan derajattertentu ada kontigensinya dengan bidang lainnya ). Profesi juga suatu essential service (Jasa penting) dalam arti hal itu amat dibutuhkan oleh pihak penerima jasanya sementara pihaknya sendiri tidak memiliki pengetahuan keterampilan dan kemampuan untuk melakuknnya sendiri.
2.    An emphasis upon intellectual technique in performing its service (Penekanan pada teknik intelektual dalam melakukan pelayanan)
Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intelektual yang berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan rumah dengan keterampilan atau pekerjaan manual semata mata . pelayanan profesi juga terkadang mempergunakan peralatan layanan profesi juga terkadang mempergunakan peralatan manual dalam praktek pelayanannya, seperti seorang dokter bedah misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses penggunaanya dibimbing oleh suatu teori dan wawasan intelektual.
3.      A long period of specialized training (Suatu periode panjang pelatihan khusus)
Perolahan penguasaan dan kemampuan intelektual (Wawasan atau visi dan kemampuan atau kompotensi serta kemahiran atau skills ) serta sikap profesianal tersebut, seseorang akan memerlukan waktu yang cukup lama . untuk mencapai kualifikasi keprofesian sempurna lazimnya tidak kurang darin 5 tahun lamanya , di tampa dengan pengalaaman praktek terbimbing hingga tercapainya suatu tingkat kemandirian secara penuh dalam menjalankan profesinya . pendidikan keprofesian termasuk lazimnya di selengarakan pada jenjang pendidikan tinggi , dengan proses pemagangannya sampai batas waktu tertentu dalam bimbingan para seniornya.
4.      A broad range off autonomy for both the individual practitioners and the occupational group as a whole (Berbagai luas dari otonomi untuk kedua praktisi individu dan kelompok kerja secara keseluruhan)
Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok (Asosiasi) profesi yang bersangkutanh sudah memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogianya dilakukan dan bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogianya memberikan izin dan lisensi untuk melaksanakan kinerja itu. Individu individu dalam kerangka kelompok asosiasinya pada dasarnya relative bebas dari pengawasan, dan secara lansung mereka menangani prakteknya. Dalam ham menjumpai suatu kasus yang berada di luar kemampuannya, mereka membuat rujukan referall kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau membawanya kedalam suatu panel atau konforensi kasus (Case conference).
5.      An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for judgments made and acts performed within the scope of professional auotonomi (Penerimaan oleh praktisi tanggung jawab pribadi yang luas untuk penilaian dibuat dan tindakan yang dilakukan dalam lingkup auotonomy profesional)
Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang tenaga praktisi professional itu, maka berarti pula ia memikul tanggung jawab pribadinya harus secara penuh. Apapun yang terjadi, seperti dokter keliru melakukan diagnosis atau memberikan perlakuan terhadap pasiennya atau seorang guru yang keliru menangani permasalahan siswanya, maka kesemuanya itu harus di pertanggung jawabkannya, serta tidak selayaknya menudingkan atau melemparkan kekeliruannya kepada pihak lain.
6.      An acceptance upon the service to be rendered, rather then the economic gain to the practitioners, as the basis for the organization and performance of the social service delegated to the occupational group (Penerimaan atas jasa yang akan diberikan, ketimbang keuntungan ekonomi kepada para praktisi, sebagai dasar bagi organisasi dan kinerja pelayanan sosial didelegasikan kepada kelompok kerja)
Mengingat pelayanan professional itu merupakan hal yang amat essencial (Diapandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya) maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih mengutamakan kepentingan pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang untuk kepentingan perolehan imbalan ekonomis  yang akan diterimanya. Hal itu bukan berarti pelayanan professional tidak boleh memperoleh imbalan yang selayaknya. Bahkan seandainya kondisi dan situasi menuntut atau memanggilnya, seeorang professional itu hendaknya bersedia memberikan pelayanan sekalipun tanpa imbalan sekalipun.
7.      A comprehensive self-gouverning organization of practitioners (Sebuah organisasi diri  komprehensif praktisi)
Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat menyadari bahwa pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan penanganannya oleh mereka yang kompeten saja. Karena masyarakat awam di luar yang kompeten yang bersangkutan, maka kelompok (Asosiasi) para parktis itu sendiri satu satunya institusi yang seyogianya menjalankan peranan yang extra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya sendiri, ialah mengadakan pengendalian atas anggota nya mulai saat penerimaanya dan memberikan sangsi bila mana di perlukan pelanggaran terhadap kode etikanya.
8.      A code of ethics which has been clarified and interpreted at ambiguous and doubtful points by concrete cases (Sebuah kode etik yang telah diklarifikasi dan diinterpretasikan pada titik-titik ambigu dan ragu oleh kasus-kasus konkret)
Otonomi yang dinikmati dan miliki oleh organisasi profesi dan para anggotanya seyogianya disertai kesadaran dan etikat yang tulus baik pada organisasai maupun pada individual anggotanya untuk memonitor perilakunya sendiri. Mengingat organisasi yang sekaligus juga anggtanya harus menjadi polisi atas dirinya sendiri maka hendaknya mereka bertindak sesuai dengan kewajiban dan tutunan moralnya  baik terhadap klien maupun masyarakatnya. Atas dasarnya, adanya suatu perangkat kode etika yang elah disepakati bersama oleh yang bersangkutan seyogianya membimbing hati nuraninya dan mempedomani segala tingkah lakunya.
Dari keterangan tersebut maka pada intinya bahwa sesuatu pekerjaan itu dapat di pandang sebagai suatu profesi apabila minimal telah memadai hal hal sebagai berikut :
a.         Memiliki cakupan ranah kawasan pekerjaan atau pelayanan khas, definitive dan sangat penting dan di butuhkan masyarakat.
b.         Para pengembang tugas pekerjaan atau pelayanan tersebut telah memiliki wawasan, pemahaman, dan penguasaan pengetahuan serta perangkat teoritis yang relevan secara luas dan mendalam ; menguasai perangkat kemahiran teknis kinerja pelayanan memadai persyaratan standarnya ; memiliki sikap profesi dan semangat pengabdian yang positif dan tinggi ; serta kepribadian yang mantap dan mandiri dalam menunaikan tugas yang di embannya dengan selalu mempedomani dan mengindakan kode etika yang digariskan institusi (Organisasi )  Profesinya.
c.         Memiliki sitem pendidikan yang mantap dan mapan berdasarkan ketentuan persyaratan standarnya bagi penyiapan  maupun pengembangantugas pekerjaan profesional yang bersangkutan ; yang lazimnya di senggelarakan pada jenjang pendidikan tinggi berikut lembaga lain dan organisasi profesinya yang bersangkutan.
d.        Memiliki perangkat kode etik professional yang telah disepakati dan selalu di patuhi serta di pedomani para anggota pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan professional yang bersangkutan. Kode etik professional di kembangkan, ditetapkan dan di berdayakan keefektivannya oleh organisasai frofesi yang bersangkutan.
e.         Memiliki organisaasi profesi yang menghimpun, membina dan mengembangkan kemampuan professional, melindungi kepentingan professional, serta memajukan kesejahteraan anggotanya dengan senantiasa mengindahkan kode etikanya dan ketentuan organisasinya.
f.          Memiliki jurnal dan sarana publikasi professional lainya yang menyajikan berbagai karya penelitian dan kegiatan ilmiah sebagai media pembinaan  dan penegmbangan para anggotanya serta pengabdian kepada masyarakat dan khazanah ilmu pengetahuan yang menopang profesinya.
g.         Memperoleh pengakuan dan penghargaan yang selayakanya baik secara sosial dan secara legal.

Ornstein dan Levine (soetjipto dan kosasi, 2004 : 15) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini.
a.              Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti – ganti pekerjaan ).
b.         Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai.
c.         Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori kepraktek (teori baru) di kembangkan dari hasil penelitian.
d.        Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
e.         Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya ).
f.          Otonomui dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh orang luar ).
g.         Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang di ambil dari dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan keatsasan atau instansi yang lebih tinggi ). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.
h.         Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap pelayan yang akan diberikan.
i.           Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relative bebas dari super visi dalam jabatan.
j.           Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
k.         Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompoik elit. Untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya.
l.           Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal hal yang meragukan atau menyaksikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
m.       Mempunyai kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan diri setiap anggotanya.
n.         Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan dengan jabatan lain ).

Ø  Keperawatan Profesional
Pengertian Praktik Keperawatan Profesional
Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (di kutip oleh Ellis, Harley, 1980).
Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam bukunya What it is and What it is not), Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit atau sehat dalam melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan atau untuk meninggal dunia dengan tenang yang dapat dapat ia lakukan sendiri tanpa bantuan apabila cukup kekuatan,harapan dan pengetahuan (Virginia Handerson, 1958).
Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif serta di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1986)
Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan
(National Council of State Board of Nursing/NCSBN)
Praktik keperawatan profesional tertuang juga dlm Nurse Practice Art New York 1972
Praktik keperawatan terdapat dalam American Nursing Association/ANA).

Ø  Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
1.         Identifikasi masalah.
2.         Menyusun alternatif penyelesaikan masalah.
3.         Pemilihan cara penyelesdaian masalah yang tepat dan melaksanakannya.
4.         Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan yaitu:
1.         Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistik.
2.         Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan.
3.         Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
4.         Implementasi rencana dan.
5.         evaluasi hasil tindakan.

B.   Bentuk Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit dan Masyarakat
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Ratna Sitorus & Yulia (2006).

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah
Pilar I      : Pendekatan manajemen keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
1.         Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Ø  Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
a.         Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
b.        Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
c.         Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
d.        Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan :
1)        Visi Di Ruang MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.
2)        Misi Di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan.
3)        Filosofi Di Ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
4)      Kebijakan Di Ruang MPKP
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.
5)      Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan :
a)      Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
b)      Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
Ø Asuhan keperawatan.
Ø Supervisi Katim dan Perawat pelaksana.
Ø Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Ø Operan
Ø Pre conference dan Post conference
Ø Mengecek SDM dan sarana prasarana
Ø Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus
Ø Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
Ø Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil.
Ø Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi.
Ø Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
c)      Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
Ø  Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya.
Ø  Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Ø  Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
Ø  Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Ø  Operan
Ø  Pre conference dan Post conference
Ø  Merencanakan asuhan keperawatan
Ø  Melakukan supervisi perawat pelaksana
Ø  Menulis dokumentasi
Ø  Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Ø  Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
d)     Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
Ø Operan
Ø Pre conference dan Post conference
Ø Mendokumentasikan askep
e)      Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian.
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
Ø  Rencana bulanan
·      Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
-       Membuat jadual dan memimpin case conference.
-       Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga.
-       Membuat jadual dinas.
-       Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
-       Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
-       Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
-       Melakukan audit dokumentasi
-       Membuat laporan bulanan
·         Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya.Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
-            Mempresentasikan kasus dalam case conference
-            Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
-            Melakukan supervisi perawat pelaksana.
Ø  Rencana tahunan                                        
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
-            Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
-            Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
-            Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
-            Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
2.         Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
3.         Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut :
-            Menciptakan iklim motivasi
-            Mengelola waktu secara efisien
-            Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
-            Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
-            Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
-            Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
-            Menciptakan budaya motivasi
-            Manajemen waktu: Rencana Harian
-            Komunikasi efektif melalui kegiatan
-            Operan antar shift
-            Pre conference tim
-            Post conference tim
-            Manajemen konflik
-            Pendelegasian dan supervisi


4.         Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
-            Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
-            Melakukan pengukuran prestasi kerja
-            Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
-            Mengambil tindakan korektif
Pilar II     : Sistem penghargaan (Compensatory Reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Pilar III   : Hubungan professional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
Pilar IV   : Manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai berikut :
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.

a.         Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Keuntungan :
1)        Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2)        Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan professional.
3)        Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
1)        Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
2)        Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
3)        Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
4)        Pelayanan tidak professional.
5)        Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
b.        Penugasan Keperawatan Tim :
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
Keuntungan :
1)        Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
2)        Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
Jawabkan.
3)        Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
4)        Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kerugian :
1)        Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2)        Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3)        Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan anggota tim.
c.         Penugasan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawat primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.


Keuntungan :
1)        Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat meningkat.
2)        Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3)        Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4)        Terciptanya kolaborasi yang baik.
5)        Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6)        Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7)        Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
1)        Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat professional.
2)        Biaya yang diperlukan banyak.
3.         Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
4.      Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
5.      Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek keperawatan profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
1.         Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
2.         Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
3.         Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.
4.         Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional I.
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
a.         MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada  yang berlatar belakang pendidikan SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya  minimal dari D3 Keperawatan
b.        MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
c.         MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu :
1)        MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.

2)      MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
3)        MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa..
MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang, Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.
Pada modul ini akan dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management approach, compensatory reward, professional relationship dan patient care delivery.
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut adalah:
1.         Modul I           : Manajemen Keperawatan
2.         Modul II         : Compensatory Reward
3.         Modul III        : Professional Relationship
4.         Modul IV        : Patient Care Delivery
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.

MODEL KEPERAWATAN PROFESIONAL DI MASYARAKAT

1.      Praktik keperawatan di rumah
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang di uraikan untuk praktek keperawatan RS atau puskesmas. Pada bentuk praktik keperawatan rumah dalam  kajian awalnya , ditekankan pada pelaksanaan pelayanan/ asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit atau puskesmas . dilakukan oleh para perawat professional di rumah sakit atau melalui pengikutsertaan perawat professional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok
2.    Praktik keperawatan berkelompok
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan seperti di uraikan untuk praktik keperawatan di rumah sakit. Beberapa perawat professional membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan, mengatasi berbagai bentuk keperawatan yang dihadapi masyarakat, bentuk praktik  keperawatan ini diperkirakan akan sangat diperlukan di masa depan , terutama jika pandangan tentang lama rawat rumah sakit perlu dipersingkat mengingat biaya rawat rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat
Praktik keperawatan berkelompok sebagai model yang akan diuji cobakan, memerlukan dukungan   peraturan yang berwenang sehingga baik perawatan yang melaksanakanpraktik keperawatan , maupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan terlindungi.
3.      Praktik keperawatan individu
Dengan pola pendekatan pelaksanaan yang sama seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat professional senior dan berpengalaman secara perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu , member pelayanan khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukannya dalam mengatasi masalah keperawatan
Bentuk praktik yang demikian ini sangat diperlukan oleh kelompok masyarakat yang tinggal terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan yang dikembangkan pemerintah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar