Selasa, 30 September 2014

ASKEP EFUSI PLEURA



TUGAS KMB I
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SISTEM PERNAFASAN
EFUSI PLEURA

EP.jpeg

DISUSUN OLEH :
NAMA   : PIPIT PITRIANI
KELAS  : 2B
NIM       : 34407013088

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH DAERAH KAB. SERANG
TAHUN AJARAN 2014-2015


BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum, ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut efusi pleura. Efusi pleura tentu mengganggu fungsi pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik. Pasien dengan efusi pleura yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka pemulihannya menjadi lebih sulit. Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.
Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika tidak ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem pernapasan yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian.
Perbaikan kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan penatalaksanaan yang tepat oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di rumah sakit. Untuk itu maka perawat perlu mempelajari tentang konsep efusi pleura dan penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura. Maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah konsep penyakit efusi pleura?
2.      Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura?

C.      Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura
2.      Tujuan Khusus
a.         Mengidentifikasi konsep efusi pleura meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis dan patofisiologi
b.         Mengidentifikasi proses keperawatan pada efusi pleura meliputi pengkajian, analisa data dan diagnosa, intervensi dan evaluasi

D.      Manfaat
1.         Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan efusi pleura sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah respirasi.
2.         Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

B.       Etiologi
Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan tumor primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :
1.    Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2.    Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:
1.    Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)
2.    Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)
3.    Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
4.    Berkurangnya absorbsi limfatik

C.      Patofisiologi
Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau keterlibatan neoplasma. Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongestif. Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif. Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari pleura parietalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.
Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura. Peningkatan pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi. Hal tersebut berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic yang dilakukan oleh protein).
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan tergantung atas kekuatan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan normal, dinding dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke dalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cenderung untuk mengempis).








Penyimpangan KDM
pkdm efusi pleura pic.png

D.      Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea mungkin saja tidak terdapat. Berikut tanda dan gejala :
1.     Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2.      Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
3.      Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi  penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4.      Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5.      Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6.      Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
7.      Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram, basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

E.       Analisis Data
No
Data
Etiologi
Masalah yang muncul
1
DS : Pasien mengatakan batuk sesekali
DO :
      Sesekali batuk tetapi tidak efektif.
      Terdapat ronkhi pada bagian apeks dextra.
-       Sekret (+) putih kekuningan, kental
-       Batuk produktif  tidak efektif
Ca paru
Massa di broncus
Respon silia berusaha menghilangkan massa dengan hipersekresi mukus
Secret/mucus tertahan di saluran napas
Ronkhi (+)
Bersihan jalan napas tidak efektif
Bersihkan jalan napas tidak efektif.
2.
DS : Pasien mengeluh sesak napas saat bernapas.
DO :
        RR =  26 x/ menit
        Denyut nadi = 96    x/menit
        Pasien bernapas tersengal-sengal cepat, pendek
        ICS melebar dekstra
        Retraksi (-) otot bantu nafas (-)
        Fremitus raba ↓
        Perkusi redup (D)


Efusi Pleura
Akumulasi cairan  pada         rongga pleura
Ekspansi paru menurun
RR meningkat
Pola napas tidak efektif
Pola napas tidak efektif.
3.
DS : Pasien mengeluh nyeri dada sesak saat beraktifitas yang berat.
DO :
      Pasien tampak lemah.
      Sesak nyeri ↑ saat dipindahkan posisinya dari duduk ke berdiri

Efusi Pleura
Ekspansi paru tidak
 maksimal
Suplai oksigen menurun
RR meningkat
Distribusi oksigen ke seluruh tubuh menurun
Terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh
Timbul asam laktat
Nyeri
Intoleransi aktifitas
Intoleransi aktifitas

4.
DS : Pasien mengeluh nyeri pada bagian dada (D).
P    :   Perpindahan posisi
Q   :   Nyeri sedang
R    :   Dada (D)
S    :    5
T  :  Muncul saat aktivitas
DO : Nadi 96x/menit,  ekspresi wajah menyeringai/ kesakitan saat dipindahkan posisinya dari duduk ke berdiri.
Efusi Pleura
Cairan menekan dinding pleura
Rangsangan pada nosiseptor nyeri
Nyeri
Nyeri




BAB 4
PENUTUP

A.      Simpulan
Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma) ; 2 jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang disebabkan oleh infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis, dan emboli paru. Di Negara berkembang, penyebab paling sering adalah tuberculosis.
Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri dada, atau nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan efusi kecil. Efusi yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak pada perfusi, atau friction rub pleura.

B.       Saran
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.




DAFTAR PUSTAKA

1.    Baughman, C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
2.    Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
3.    Suzanne, Smeltzer c. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah ( Ed8. Vol.1). Jakarta: EGC