TUGAS KMB I
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SISTEM PERNAFASAN
EFUSI PLEURA
DISUSUN OLEH :
NAMA :
PIPIT PITRIANI
KELAS : 2B
NIM :
34407013088
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH DAERAH KAB. SERANG
TAHUN AJARAN 2014-2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hambatan
resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya
adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediastinum, ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan
pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan
di rongga pleura yang disebut efusi pleura. Efusi pleura tentu mengganggu
fungsi pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik. Pasien dengan efusi
pleura yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih
kembali fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar
merupakan akibat dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari
rongga pleura, maka pemulihannya menjadi lebih sulit. Karena hal tersebut, masih
banyak penderita dengan efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Efusi
pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60%
penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan
pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker
payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.
Kejadian
efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika tidak
ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan
semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem
pernapasan yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi
pleura dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi
kerja sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian.
Perbaikan
kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan penatalaksanaan yang tepat oleh
petugas kesehatan termasuk perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di rumah
sakit. Untuk itu maka perawat perlu mempelajari tentang konsep efusi pleura dan
penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.
Maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
dengan efusi pleura.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
konsep penyakit efusi pleura?
2.
Bagaimanakah
proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura?
C.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan efusi pleura
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mengidentifikasi
konsep efusi pleura meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis dan
patofisiologi
b.
Mengidentifikasi
proses keperawatan pada efusi pleura meliputi pengkajian, analisa data dan
diagnosa, intervensi dan evaluasi
D.
Manfaat
1.
Mahasiswa
memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan efusi pleura
sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah respirasi.
2.
Mahasiswa
mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam
persiapan praktik di rumah sakit
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Efusi
pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
Efusi
pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi
pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995)
B.
Etiologi
Kelainan
pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer pada
pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan tumor
primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga
pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava
superior.
2. Peningkatan produksi cairan
berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses
amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk
cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Secara patologis, efusi pleura
disebabkan oleh keadaan-keadaan:
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik
(misalnya akibat gagal jantung)
2. Menurunnya tekanan osmotic koloid
plasma (misalnya hipoproteinemia)
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler
(misalnya infeksi bakteri)
4. Berkurangnya absorbsi limfatik
C.
Patofisiologi
Pada
umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat)
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma
(transudat). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari)
peradangan atau keterlibatan neoplasma. Contoh bagi efusi pleura dengan pleura
normal adalah payah jantung kongestif. Pasien dengan pleura yang awalnya normal
pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif.
Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh
terjadilah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya
menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh
darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura.
Peningkatan pembentukan cairan dari pleura parietalis karena hipertensi kapiler
sistemik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan pengumpulan abnormal cairan
pleura.
Adanya
hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura. Peningkatan
pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi. Hal tersebut berdasarkan
adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic yang
dilakukan oleh protein).
Luas efusi
pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan tergantung atas kekuatan
relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan normal, dinding dada
cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke dalam
(paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cenderung untuk
mengempis).
Penyimpangan
KDM
D.
Manifestasi Klinis
Biasanya
manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar. Pneumonia akan
menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi
malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan
keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area
yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama
sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar
di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi
jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terjadi efusi pleural
kecil sampai sedang, dipsnea mungkin saja tidak terdapat. Berikut tanda dan
gejala :
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan
perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit
hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2.
Adanya
gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
3.
Deviasi
trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4.
Pemeriksaan
fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5.
Didapati
segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
6.
Pada
permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
7.
Keberadaan
cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan
torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan
Gram, basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih,
pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein),
analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga
dilakukan.
E.
Analisis
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
yang muncul
|
1
|
DS : Pasien mengatakan batuk
sesekali
DO :
– Sesekali batuk tetapi tidak
efektif.
– Terdapat ronkhi pada bagian apeks dextra.
- Sekret (+) putih kekuningan,
kental
- Batuk produktif tidak efektif
|
Ca paru
↓
Massa di broncus
↓
Respon silia berusaha
menghilangkan massa dengan hipersekresi mukus
↓
Secret/mucus tertahan di saluran
napas
↓
Ronkhi (+)
↓
Bersihan jalan napas tidak efektif
|
Bersihkan jalan napas tidak
efektif.
|
2.
|
DS : Pasien mengeluh sesak napas
saat bernapas.
DO :
–
RR
= 26 x/ menit
–
Denyut
nadi = 96 x/menit
–
Pasien
bernapas tersengal-sengal cepat, pendek
–
ICS
melebar dekstra
–
Retraksi
(-) otot bantu nafas (-)
–
Fremitus
raba ↓
–
Perkusi
redup (D)
|
Efusi Pleura
↓
Akumulasi cairan pada
rongga pleura
↓
Ekspansi paru menurun
↓
RR meningkat
↓
Pola napas tidak efektif
|
Pola napas tidak efektif.
|
3.
|
DS : Pasien mengeluh nyeri dada
sesak saat beraktifitas yang berat.
DO :
– Pasien tampak lemah.
– Sesak nyeri ↑ saat dipindahkan
posisinya dari duduk ke berdiri
|
Efusi Pleura
↓
Ekspansi paru tidak
maksimal
↓
Suplai oksigen menurun
↓
RR meningkat
↓
Distribusi oksigen ke seluruh
tubuh menurun
↓
Terjadi metabolisme anaerob dalam
tubuh
↓
Timbul asam laktat
↓
Nyeri
↓
Intoleransi aktifitas
|
Intoleransi aktifitas
|
4.
|
DS : Pasien mengeluh nyeri pada
bagian dada (D).
P :
Perpindahan posisi
Q : Nyeri
sedang
R :
Dada (D)
S
: 5
T : Muncul saat
aktivitas
DO : Nadi 96x/menit,
ekspresi wajah menyeringai/ kesakitan saat dipindahkan posisinya dari duduk
ke berdiri.
|
Efusi Pleura
↓
Cairan menekan dinding pleura
↓
Rangsangan pada nosiseptor nyeri
↓
Nyeri
|
Nyeri
|
BAB 4
PENUTUP
A.
Simpulan
Efusi
pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara
pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat
berupa transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat
(infeksi dan neoplasma) ; 2 jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang
berbeda. Efusi pleura yang disebabkan oleh infeksi paru disebut infeksi infeksi
parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang sering terjadi di negara maju adalah
CHF, keganasan, pneumonia bakterialis, dan emboli paru. Di Negara berkembang,
penyebab paling sering adalah tuberculosis.
Pasien
dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri dada, atau
nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan efusi
kecil. Efusi yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak
pada perfusi, atau friction rub pleura.
B.
Saran
Efusi
pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita penyakit
paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi
yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Baughman,
C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
2. Somantri, Irman. 2008. Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika
3. Suzanne, Smeltzer c. 2002. Buku
Ajar Keperawatan medical Bedah ( Ed8. Vol.1). Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar