BAB
I
PENDAHULUAN
Pelayan
rawat jalan merupakan salah satu unit kerja dirumah sakit yang melayani pasien
yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh
prosedur diagnostik serta terapeutik. Menurut permenkes nomer 749a tahun 1989
menyebutkan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib menyelenggarakan
rekam medis. Rekam medis(RM) adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang
diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan rekam
medis dirumah sakit melakukan proses penerimaan pasien sampai pelaporan. Dalam
makalah ini kami akan coba menjelaskan prosedur apa saja yang ada dalam
pelayanan rawat jalan, dari mulai pasien mendaftar diloket pendaftaran sampai
mereka pulang kembali. Penerimaan pasien merupakan pelayanan utama yang
diberikan oleh rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan, pasien sebelum
menerima pelayanan kesehatan berupa medis dari penyedia layanan kesehatan
adalah mendaftar hal ini penting agar pasien menerima pelayanan, dan agar
pasien tercatat dalam buku kunjungan kesehtan.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Definisi rawat jalan
Pelayanan rawat jalan (ambulatory)
adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud
dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk
pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan
ini tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah
lazim dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di
rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes).
B. Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit
Bentuk pertama dari pelayanan rawat
jalan adalah yang diselenggarakan oleh yang ada kaitannya dengan rumah sakit
(hospital based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit
secara umum dapat dibedakan atas 4 macam yaitu :
1.
Pelayanan
gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang butuh pertolongan
segera dan mendadak.
2.
Pelayanan
rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang
memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.
3.
Pelayanan
rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-pasien rujukan oleh
sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan
perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.
4.
Pelayanan
bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan pelayanan bedah yang
dipulangkan pada hari yang sama
C. Isi atau
Formulir Rekam Medis
Formulir rekam medis rawat jalan :
1.
Lembar umum terdiri dari :
a.
Identitas Pasien
b.
Ringkasan pasien rawat jalan
c.
Catatan poliklinik
d.
Konsultasi
e.
Hasil pemeriksaan
2.
Lembar spesifik terdiri dari :
a.
Evaluasi sosial
b.
Evaluasi psikologis
c.
Data dasar medis
d.
Data dasar nurse atau perawat
e.
Catatan lanjutan medis
f.
Salinan resep
g.
Catatan lajutan nurse
h.
KIUP
i.
Buku Register
D.
Pelayanan
Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan (ambulatori
services) adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sedrhana
yang dimaksud dengan pelayanan raat jalan adalah pelayanan kedokteran yang
disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap ( hospitalization ) (Feste, 1989). Kedalam pengertian
pelayanan rawat jalan initermasuk ridak hanya diselenggarakan oleh sarana
pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal seperti Rumah Skit atau Klinik,
tetapi juga diselenggarakna di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes).
Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap,
pelayanan rawat jalan ini memang tampak berkembang lebih pesat. Roemer (1981) mencatat bahwa
peningkatan angka utilisasi pelayanan rawat jalan di rumah sakit misalnya,
adalah dua sampai tiga kali lebih dari peningkatan angka utilisasi pelayanan
rawat inap. Hal yang sama juga di temukan pada jumlah sarana pelayanannya. Di
Amerika Serikat misalnya, seperti yang dilaporkan oleh prospective Payment Assessment Commision, peningkatan jumlah sarana
pelayanan tersebut untuk periode 1983-1988 tidak kurang dari 41%.
Banyak faktor yang berperan sebagai
penyebab makin berkembangnya pelayanan dan juga sarana pelayanan berobat jalan
ini. Jika disederhanakan, paling tidak dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu
: ( Cambridge Research Institute,
1976; Avery dan Imdieke, 1984; Feste,1989):
·
Sarana
dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
relatif lebih sederhana dan murah, dan karena itu lebih banyak didirikan.
·
Kebijakan
pemerintah yang untuk mengendalikan biaya kesehatan mendorong dikembangkannnya
sebagai sarana pelayanan rawat jalan.
·
Tingakat
kesadaran kesehatan penduduk yangmakin meningkat, yang tidak lagi membutuhkan
pelayanan untuk mengobati penyakit saja, tetapi juga untuk memelihara atau
meningkatkan kesehatan yang umumnya dapat dilayanai oleh sarana pelayanan rawat
jalan saja.
·
Kemajuan
ilmu teknologi kedokteran yang telah dapat melakukan berbagai tindakan
kedokteran yang dulunya memerlukan pelayanan rawat inap, tetapi pada saat ini
cukup dilayani dengan pelayanan rawat jalan saja.
·
Utilisasi
Rumah Sakit yang makin terbatas, dan karenanya untuk meningkakan pendapatan,
kecuali lebih megembangkan pelayanan rawat jalan yang ada di rumah sakit juga
terpaksa mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di luar Rumah Sakit.
Demikianlah
sesuai dengan perkembangan yang dialami, maka pada saat ini berbagai bentuk
pelayanan rawat jalan banyak diselenggarakan, berbagai bentuk terebut dapat di
bedakan atas dua macam ( Feste, 1989) :
1.
Pelayanan
rawat jalan oleh klinik Rumah Sakit
Bentuk
pertama dari pelayanana rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik
yang ada kaitannya dengan Rumah Sakit. Pada saat ini berbagai jenis pelayanan
rawat jalan banyak diselenggarakan oleh klinik Rumah Sakit, yang secara umum
dapat dibedakan atas empat macam:
·
Pelayanan
gawat darurat yakni untuk menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera
dan mendadak.
·
Pelayanan
rawat jalan paripurna yakni untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna
sesuai dengan kebutuhan.
·
Pelayanan
rujukan yakni yang hanya melayani pasien-pasien yang dirujuk oleh sarana
kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan
selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.
·
Pelayanan
bedah jalan yakni yang memberikan pelayanan edah yang dipulangkan pada hari
yang sama.
Dapat
ditambahkan bahwa yang termasuk dalam kategori pelayanana awat jalan bentuk
pertama ini, tidak hanya diselenggarakan di Rumah Sakit saja, tetapi jga yang
diselenggrakan oleh klinik lain di luar Rumah Sakit. Dengan catatan bahwa kliik
lain harus mempunyai hubungan organisatoris dengan Rumah Sakit, dalam arti
merupakan perpanjangan tangan dari Rumah Sakit yang bersangkutan.
2.
Pelayanan
rawat jalan oleh klinik mandiri
bentuk
kedua dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang
mandiri yakni yang tidak ada hubungan organisatoris dengan Rumah Sakit, bentuk
klinik mandiri ini banyak macamnya yang secara umum dapat dibedakan atas dua
macam:
a.
Klinik mandiri sederhana
Bentuk
klinik mandiri sederhana yang poluler adalah praktek dokter umum dan atau
praktek dokter spesialis secara perseoranagn. Untuk Indonesia ditambah lagi
dengan praktek Bidan.
b.
Klinik mandiri institusi
Bentuk
klinik mandiri institusi banyak macamnya. Mulai dari praktek bekelompok, poliklinik,
PUSKESMAS, Dan di Amerika Serikat ditambah lagi dengan HMOs dan PPOs.
E.
Pelayanan di
unit rawat jalan
1.
Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)
TPPRJ atau lebih dikenal dengan sebutan tempat pendaftaran, merupakan
tempat dimana antara pasien dengan petugas rumah sakit melakukan kontak yang
pertama kali.
Þ
Sebelum tempat pendaftaran dibuka perlu disiapkan :
a.
Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
b.
Kartu Identitas Berobat (KIB)
c.
Dokumen Rekam Medis
d.
Buku register
e.
Tracer
f.
Buku Ekspedisi
g.
Karcis
pendaftaran pasien
Þ Menanyakan
kepada pasien yang datang, apakah sudah pernah berobat? Bila belum berarti
pasien baru dan bila sudah berarti pasien lama.
v
Pelayanan kepada pasien baru meliputi :
· Menanyakan
identitas pasien lengkap untuk dicatat pada formulir rekam medis rawat jalan,
KIB, dan KIUP.
· Menyerahkan
KIB kepada pasien dengan pesan untuk dibawa kembali bila datang berobat
berikutnya.
· Menyimpan
KIUP sesuai huruf abjad (alfabetik)
· Menanyakan
keluhan utamanya guna memudahkan untuk mengarahkan pasien ke poliklinik yang
sesuai.
· Menanyakan
apakah membawa surat rujukan. Bila membawa :
o
Tempelkan pada formulir rekam medis rawat jalan.
o
Baca isinya ditujukan kepada dokter siapa atau
diagnosisnya, guna mengarahkan pasien menuju poliklinik yang sesuai.
· Mempersilahkan
pasien menunggu di ruang tunggu poliklinik yang sesuai.
· Mengirimkan
dokumen rekam medis ke poliklinik yang sesuai dengan menggunakan buku
ekspedisi.
v Pelayanan
pasien lama, meliputi :
· Menanyakan
terlebih dahulu membawa KIB atau tidak.
· Bila membawa
KIB, maka catatlah nama dan nomor rekam medisnya pada tracer utnuk
dimintakan dokumen rekam medis lama ke bagian filing.
· Bila tidak
membawa KIB, maka tanyakanlah nama dan alamatnya untuk dicari di KIUP.
· Mencatat
nama dan nomor rekam medis yang ditemukan di KIUP pada tracer untuk dimintakan
dokumen rekam medis lama ke bagian filing.
· Mempersilahkan
pasien baru atau membayar di loket pembayaran.
F. Pelayanan
pasien asuransi kesehatan disesuaikan dengan peraturan dan prosedur asuransi
penanggung biaya pelayanan kesehatan.
G. Merima
dokumen rekam medis dari TPPRJ dengan menandatangani buku ekspedisi.
H. Mengontrol
pembayaran jasa pelayanan rawat jalan yang dibawa oleh pasien dan dicatat
dibuku register.
I. Memanggil
pasien berurutan agar tidak terjadi antrian yang memanjang.
J. Merekap hasil laporan dari paramedis yang meliputi anamnese, diagnosis dan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis maupun paramedis dimana laporan
tersebut sudah di tanda tangani oleh tenaga medis ataupun paramedis yang
menangani pasien tetrsebut.
K. Memberikan
keterangan tentang penyakit kepada pasien dalam bentuk
resume medis.
L. Apabila
perlu dirawat, buatlah surat admission
note kemudian dibawa ke TPPRI.
M. Apabila
diperlukan membuat surat keterangan sakit atau sehat, dan surat keterangan
kematian.
N. Setelah
selesai pelayanan, maka yang dilakukan adalah :
a. Mencatat
identitas pada buku register pendaftaran pasien rawat jalan,
b. Mencocokan
jumlah pasien dengan jumlah pendapatan pendaftaran rawat jalan dengan kasir
rawat jalan.
c. Membuat
laporan harian tentang : Penggunaan nomor rekam medis, agar tidak terjadi
duplikasi.
d. Penggunaan
formulir rekam medis, untuk pengendalian penggunaan formulir rekam medis.
e. Merekapitulasi
jumlah kunjungan pasien baru dan lama, untuk keperluan statistik rumah sakit.
O. Fungsi-fungsi yang terkait
1. Fungsi Assembling di unit rekam medis,
bertanggung jawab terhadap :
a. Penyediaan dokumen rekam medis baru dan formulir yang
dibutuhkan unit rawat jalan.
b. Alokasi nomor rekam medis pasien yang lewat tempat
pendaftaran pasien rawat jalan.
c. Pencatatan, penggunaan, dan pengendalian nomor dan
dokumen rekam medis.
2. Fungsi Filing unit rekam medis, bertanggung
jawab terhadap :
a. Pencarian dokumen rekam medis lama dengan menggunakan tracer
b. Penyerahan dokumen rekam medis ke TPPRJ dengan buku
ekspedisi.
3. Fungsi kasir (keuangan) bertanggung jawab terhadap :
a. Penerimaan
uang pembayaran jasa pelayanan rawat jalan sesuai tarif rawat jalan.
b. Pembuatan
bukti pembayaran yang diserahkan kepada pasien dan arsip.
c. Pencocokan
pendapatan pendaftaran pasien rawat jalan.
4. Fungsi pelayanan Askes, yang bertanggung jawab
terhadap :
a. Pemberian
penjelasan prosedur pelayanan kesehatan bagi peserta Askes.
b. Pelayanan
rekam medis seperti pasien umumnya.
P.
Pelayanan Rawat Jalan di Klinik Rumah Sakit
Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang
diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital
based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum
dapat dibedakan atas 4 macam yaitu :
1.
Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani
pasien yang butuh pertolongan segera dan mendadak.
2.
Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient
services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan
kebutuhan pasien.
3.
Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani
pasien-pasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau
terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan
yang merujuk.
4.
Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni
memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama
KASUS
KONSEP
KEPERAWATAN
Proses
Keperawatan di Ruang Perawatan Pacaoperasi
A. Pengkajian
Perawat
memeriksa kondisi klien yang meliputi tanda-tanda vital, tingkatkesadaran,
kondisi balutan dan drain, status infuse cairan, tingkat rasanyaman, dan
integritas kulit.Perawat mengkaji klien secara rutin minimal setiap 15menit
pada 1 jam pertama, setiap 30 menit selama 1 sampai 2 jaam berikutnya, setiap
1 jamselama 4 jam berikutnya, dan selanjutnya setiap 4 jam. Seringnya
pemeriksaantergantung kondisi klien. Perawat yang tidak mengikuti jadwal
pengkajiantersebut diangap lalai.Setelah seluruh pemeriksaan awal lengkap dan
segala kebutuhan klienterpenuhi, keluarga diizinkan mengujungi klien. Perawat
dapat menjelaskantujuan prosedur atau peralatan pascaoperatif dan menjelaskan
kondisi klien.Keluarga harus tahu bahwa klien akan mengantuk dan tertidur pada
sisa waktuhari itu akibat anestesi umum. Apabila klien mendapat anestesi
spinal,keluarga harus diingatkan bahwa klien akan diperiksa rutin dan ia
akankehilangan sensasi dan pergerakan ekstreminalitasnya beberapa jam.
B. Diagnosa
Keperawatan
Perawat
menentukan status masalah yang diidentifikasi dari diagnosakeperawatan
preoperatif dan mengelompokkan data baru yang relevan
untuk mengidentifikasi diagnosa baru. Diaognosa sebelumnya dapat
berlanjutmenjadi masalah pascaoperatif. Perawat juga dapat mengidentifikasi
factor risiko yang mengarah pada identifikasi diagnosa keperawatan baru
antara lain:ketakutan yang berhubungan dengan pengalaman bedah, kehilangan
kontrol,hasil operasi yang tidak dapat diprediksi, ketidakmampuan koping
keluargamenghadapi kondisi klien yang membutuhkan intervensi keperawatan,ansietas
yang berhubungan dengan prosedur praoperasi dan prosedur
pascaoperasi,
duka cita yang berhubungan dengan dampak operasi dandiagnose lain yang bersifat
spesifik bergantung jenis operasi yang dilakukan.
C. Perecanaan
Adanya
data pengkajian terbaru dan analisa riwayat keperawatan preoperatif
memungkinkan perawat membuat rencana intervensi keperawatanyang spesifik.
Instruksi pascaoperatif dari dokter bedah juga dapat dijadikan pedoman.
Beberapa jenis tujuan perawatan pascaoperatif antara lain:
1. Menunjukkan kembalinya fungsi
fisiologis normal
2. Tidak memperlihatkan adanya infeksi
luka bedah
3. Dapat beristirahat dan merasa nyaman
4. Mempertahankan konsep diri
5. Kembali kepada status kesehatan
fungsional dengan keterbatasan yang adaakibat pembedahan.
D. Implementasi
1.
Mendapatkan
kembali fungsi fisiologis normal
Luka
bedah, pengaruh immobilisasi yang lama selama pembedahan berlangsung dan
pada masa penyembuhan serta pengaruh anestesi dananalgesic merupakan penyebab
utama timbulnya komplikasi pascaoperatif.Kegagalan klien berpartisipasi
menambah risiko komplikasi. Perawatharus memperhatikan hubungan antara seluruh
sistem dengan terapi yangdiberikan.
2.
Mempertahankan
fungsi pernafasan
Untuk
mencegah komplikasi pernafasan ,perawat harusmembersihkan paru-paru klien.
Tindakan berikut ini dapat meningkatkanekspansi paru:
a. Perawat menganjurkan klien melakukan
latihan pernafasan diafragmaminimal setiap 2 jam sekali saat klien sudah sadar.
b. Perawat menginstruksikan klien menggunakan
spirometer stimulatif agar mendapat inspirasi yang maksimal.
c. Perawat menganjurkan klien melakukan
ambulasi lebih awal.
d. Perawat membantu klien bepindah
posisi miring setiap 1 sampai 2 jamsaat bangun dan duduk jika mungkin.
3.
Pertahankan
kenyamanan klien.
Mencegah statis sirkulasi
Beberapa
klien berisiko tinggi mengalami statis vena akibat sifat pembedahan yang
dijalani. Beberapa tindakan dapat meningkatkan aliran balik vena dan
aliran sirkulasi darah normal :
a. Perawat menganjurkan klien untuk
latihan kaki minimal setiap jamsaat klien terjaga.
b. Perawat memasang stoking antiemboli elastis
sesuai instruksi dokter.
c. Perawat memasang stoking antiemboli
pneumatic.
d. Perawat menganjurkan klien melakukan
ambulasi lebih awal.
e. Perawat menghindari posisi yang
dapat mengganggu aliran darah ke bagian ekstremitas klien.
f. Perawat memberikan obat-obatan antikoagulan
sesuai instruksi dokter.
g. Perawat meningkatkan asupan cairan
yang adekuat melalui oral atauintravena.
4.
Mempertahankan
konsep diri
Tindakan berikut dapat
mempertahankan konsep diri klien :
a. Perawat member privasi selama
mengganti balutan atau menginspeksi luka.
b. Perawat mempertahankan kebersihan
klien.
c. Perawat mencegah agar set drainase
tidak mengalir terlalu deras.
d. Perawat mempertahankan lingkungan
yang menyenangkan.
e. Perawat memberi kesempatan klien
mendiskusikan penampilannya bersama-sama.
f. Perawat memberi kesempatan keluarga
mendiskusikan cara menjagakonsep diri klien.
5.
Meningkatkan
eliminasi urine
Tindakan berikut dapat meningkatkan
eliminasi normal urine :
Þ Perawat membantu klien pada posisi
normal selama berkemih.
Þ Perawat memeriksa klien secara
sering untuk mengetahui adanyakebutuhan klien untuk berkemih.
Þ Perawat mengkaji adanya distensi
kandung kemih.
Þ Perawat memantau asupan dan haluaran
cairan.
Þ Meningkatkan eliminasi normal dan
nutrisi yang adekuat
Tindakan berikut mempercepat
kembalinya eliminasi normal :
Þ Perawat mengkaji peristaltic usus
setiap 4 sampai 8 jam.
Þ Perawat mempertahankan asupan
nutrisi dan meningkatkannyasecara bertahap.
Þ Perawat meningkatkan ambulasi dan
latihan.
Þ Perawat mempertahankan asupan cairan
yang adekuat.
Þ Perawat memberikan enema,
supositori, reektal, dan selang rectalsesuai instruksi.
Tindakan yang dapat mempertahankan
asupan makanan yang adekuat:
Þ Perawat menghilangkan sumber bau
yang menyengat.
Þ Perawat membantu klien pada posisi
nyaman saat makan.
Þ Perawat memberikan makanan yang
diinginkan klien.
Þ Perawat melakukan perawatan mulut
secara teratur.
Þ Perawata memberikan mekanan saat
klien beristirahat dan bebasdari rasa nyeri.
E. Evaluasi
Perawat mengevaluasi efektifitas
perawatan yang diberikan pada klien bedah berdasarkan hasil yang
diharapkan setelah melakukan interfensikeperawatan dengan cara bertanya pada
klien dan keluarga untuk memperolehdata. Yakinkan klien bahwa perawat
memperhatikannya sehinggamemungkinkan perawat mengevaluasi kemajuan pemulihan.
Apabila klientidak mengalami kemajuan seperti yng diharapkan perawat
memperbaikikembali rencana keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan
klien.
Bagian dari evaluasi perawat
adalah menentukan banyaknya pelajaranyang diterima klien dan keluarga tentang
cara perawatan diri. Kehadirn perawat yang member perawatan dirumah saat
klien pulang berguna untuk mengetahui apakah klien dapat melakukan
perawatan secara efektif.
kalau tugas perawat di rawat jalan apa yah
BalasHapusmau nanya mba, definisi rawat jalan sumber buku dari mana hal brapa?
BalasHapus