JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
PENGARUH KONSELING KELUARGA TERHADAP
PERBAIKAN PERAN
KELUARGA DALAM PENGELOLAAN ANGGOTA KELUARGA
DENGAN
DM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOKAP I KULON
PROGO
2007
Oleh : *Arita Murwani dan **Afifin Sholehah
ABSTRACT
Background: If diabetes
mellitus is not handled better it will result the complication of the various
body organ like eyes, kidney, heart, venous of feet, nerve, etc. The best
experience is cooperation between patient, family and health officer, expected
chronic complication can be prevented. The aim of this research is to study and
prove the influence of family counseling to repair of family role in management
of family member with DM.
Methods: The research is
done in Puskesmas Kokap I on September – November 2007, the population is 29,
by using total sampling technique, and there are many people who do not fulfill
the criterion of inclusive and exclusive is finally gotten 26 sample family
which one of them get it DM.
Result: Result of the
research is there is significant influence with the average difference 12.97
about family counseling to repair of family role in management of family member
with DM in region work of Puskesmas Kokap I in 2007.
Keywords: Family
Counseling, Role Repair.
* Staf pengajar Stikes
Surya Global Yogyakarta
** Alumnus Ilmu Keperawatan
Stikes Surya Global Yogyakarta
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sehat merupakan dambaan setiap
orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktifitas untuk mencapai
cita-cita yang diinginkan. Bahkan secara makro, negara yang kuat didukung karena
rakyat yang sehat. Mengingat urgensi sehat inilah pemerintah mempunyai komitmen
menjadikan Indonesia sehat 2010 melalui UU No 23 TH 1992 tentang kesehatan.
Undang-undang ini mengamanatkan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomi
(pasal1, ayat1). Cita-cita ideal inilah yang menjadi dambaan
setiap orang, keluarga, masyarakat dan negara.
Namun kenyataan di lapangan
seiring pesatnya pembangunan di sendi kehidupan secara umum berdampak pada pola
kehidupan manusia itu sendiri baik yang positif maupun yang negatif. Dampak
positif berdampak secara hakiki pada peningkatan kesejahteraan manusia dan
salah satu dampak negatif berpengaruh pada gaya hidup yang tidak seimbang
dengan perilaku hidup sehat. Hal ini berdampak baik cecara langsung maupun
tidak pada kesehatan. Berbagai muncul dikarenakan gaya hidup yang tidak
seimbang diantaranya hipertensi, jantung, gagal ginjal, diabetes militus, dan
lain-lain. Peneliti tertarik pada penyakit Diabetes Militus karena mengingat
keunikan penyakit ini yang salah satunya ditandai dengan peningkatan jumlah
penderita Diabetes Militus. Jumlah penderita di seluruh dunia tahun 1998 = ±
150 juta, tahun 2000 = ± 175,4 juta diperkirakan tahun 2010 = ± 279 juta
(majalah Diabetes militus 2005 volume 1).
Menteri kesehatan Siti Fadilah
Supari penderita penyakit DM pada konggres ke-6 Persadia mengatakan jumlah
penderita DM di Indonesia mencapai 8,6% dari jumlah penduduk 210 juta jiwa
(sekitar 17 juta jiwa) Menduduki urutan ke 4 setelah India, China, dan Amerika
Serikat. Pemerintah bersama organisasi profesi dan ormas Persadia melakukan
sosialisasi pencegahan penyakit DM kepada masyarakat guna menurunkan kematian
dan resiko kematian dan biaya pengobatan. Survey WHO 2001 menyebutkan jumlah
penderita DM di Jakarta tahun 2003 memperkirakan 194 juta jiwa dari 3,8 m
penduduk Dunia usia 20-79 tahun menderita DM dari pada 2025 meningkat menjadi
333 juta jiwa saat ini memperkirakan 3,2 juta jiwa penduduk dunia meninggal
akibat DM setiap tahun.( www.itjen.depkes.go.id).
Sedangkan untuk lingkup Kabupaten
Kulon Progo penderita DM juga cukup banyak berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Kulon Progo tahun 2007 tentang jumlah kunjungan pasien rawat jalan
dan rawat nginap penderita DM tahun 202-2006 sbb : 2.113 orang (tahun 2002),
4.210 orang (tahun 2003), 5.000 (tahun 2004), 5.801 (tahun 2005) dan 7.112
(tahun 2006). Bahkan untuk tingkat Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo
penderita DM juga cukup banyak berdasarkan data Rekam medis Puskesmas Kokap I
2007 tentang jumlah kunjungan pasien rawat jalan penderita DM di Puskesmas
Kokap I tahun 2002-2006 sbb : 78 orang (tahun 2002), 81 orang (tahun 2003), 90
orang (tahun 2004), 111 orang (tahun 2005), dan 119 orang (tahun 2006).
Diabetes militus bila tidak
ditangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ tubuh
seperti mata, ginjal, jantung pembuluh darah kaki, syaraf dan lain-lain. Dengan
pengalaman yang baik yaitu kerja sama antara pasien, keluarga
dan petugas kesehatan, diharapkan komplikasi kronik DM akan dapat di cegah,
setidaknya dihambat perkembangannya. Untuk mencapai hal tersebut, keikutsertaan
pasien, keluarga untuk mengelola anggota keluarganya menjadi sangat penting.
Demikian pula adanya para petugas kesehatan sebagai penyuluh bagi keluarga
dalam membantu pasien dengan Diabetes Militus. Guna mendapatkan hasil yang
maksimal, penyuluhan bagi para petugas kesehatan sangat diperlukan agar
informasi yang diberikan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga
penderita. Diabetes Militus bermanfaat. Penelitian ini berguna untuk
membuktikan pengaruh konseling keluarga terhadap peran keluarga dalam mengelola
anggota keluarga dengan DM, sehingga peneliti ingin meneliti pengaruh konseling
keluarga terhadap peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan
Diabbetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Kokap I Kulon Progo tentang
pengelolan DM yang diperolah keluarga dapat menyebabkan ketidaktauan keluarga
yang berarti akan mengurangi peran dari keluarga dalam pengelolaan anggota
keluarga dengan DM. Sedangkan berdasarkan latar belakang masalah dapat
dirumuskan perumusan masalah: “Adakah pengaruh konseling keluarga terhadap
perbaikan peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM di
Wilayah Kerja Puskesmas Kokap I Kulaon Progo tahun 2007” ?
Tujuan
Penelitian
Tujuan
umum : Diketahuinya pengaruh konseling keluarga terhadap perbaikan peran
keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM. Sedangkan Tujuan
Khususnya adalah : Pertama, diketahuinya peran keluarga dalam perencanaan makan pada anggota keluarga dengan DM.
Kedua, diketahuinya peran keluarga dalam latihan jasmani pada anggota keluarga
dengan DM. Ketiga, diketahuinya peran keluarga dalam pemeliharaan kaki pada
anggota keluarga dengan DM. Keempat, diketahuinya peran keluarga dalam
pengelolaan obat hipoglikemia pada anggota keluarga dengan DM, dan Kelima,
diketahuinya pengaruh konseling keluarga terhadap perbaikan peran keluarga
dalam mengelola anggota keluarga dengan DM.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
“ pre post test non control group design” dimana suatu kelompok sebelum
dilakukan perlakuan tertentu (x) diberi pre test, kemudian diberikan
perlakuan dan sesudah perlakuan tersebut dilakukan post test, atau suatu
pengukuran untuk mengetahui akibat dari perlakuan (Azwar, S 2002).
Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan dari
obyek penelitian atau yang akan diteliti (Notoatmojo, 2002). Populasi dalam
penelitian ini adalah 29 keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Diabetes
Millitus yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kokap I. Sedangkan teknik
pengambilan sampel adalah menggunakan teknik total sampling yaitu dengan
jumlah 29 kepala keluarga dengan kriteria inklusi sampel: pertama, salah satu
anggota keluarga bersedia untuk diteliti, kedua, keluarga yang mendapatkan
konseling suami, istri,anak, cucu dan lain–lain yang tinggal serumah. Ketiga,
keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Diabetes Militus.dan
Kelima, keluarga yang dalam kunjungan berada di rumah. Kriteria Eklusi dalam
penelitian ini adalah: Pertama, keluarga tidak bersedia untuk diteliti. Kedua,
keluarga yang tidak mendapat konseling. Ketiga, keluarga yang letak
geografisnya tidak terjangkau, dan Keempat, keluarga yang didatangi 3 kali
kunjungan rumah tidak ada.
Besar sampel adalah banyaknya
anggota keluarga yang akan dijadikan sampel (Notoatmojo, 2002). Karena ada yang
tidak memenuhi kriteria inklusi dan eklusi sehingga total sampel yang kami
ambil adalah 26 keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita DM,
adapun yang tiga dikarenakan 1 keluarga didatangi 3 kali kunjungan rumah tidak
ada ditempat, 1 keluarga sedang menjalani haemodialisa, 1 keluarga menjalani
amputasi di Rumah Sakit.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini
adalah melalui observasi dan kuisener pada keluarga yang akan diteliti,
instrument yang digunakan adalah instrument kuisener dengan jenis pertanyaan
matrix Question. Semua pertanyaan berjumlah 25 dengan jawaban ya dan tidak.
Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data meliputi
data primer dan sekunder. Data Primer diambil dari hasil penyebaran kuisioner
yang akan diberikan pada keluarga atau anggota keluarga yang salah satu anggota
keluarga menderita DM pada bulan September- November 2007 dengan kriteria
subyek penelitian sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh peneliti; dan
dilakukan observasii langsung dengan cara home visit.
Data Sekunder pengumpulan datanya
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon progo, Rekam medis Puskesmas
Kokap I, literatur dan bagian –bagian yang berhubungan dengan penelitian ini.
Jalannya Penelitian
Penelitian ini melalui beberapa
tahap, yaitu pra penelitian, persiapan penelitian, pengolahan data, dan
pelaksanaan penelitian. Tahap pra penelitian meliputi survey tempat penelitian
maupun studi pustaka terhadap penelitian terdahulu yang ada hubunganya dengan
penelitian ini. Tahap persiapan penelitian meliputi penyusunan instrument
penelitian dan penyusunan izin penelitian. Tahap pengolahan data dilaksanakan
apabila data telah terkumpul. Data–data tersebut akan disesuaikan dengan bidang
– bidang yang diamati, analisis akan dilakukan secara kuantitatif, proses penelitian
yang menghasilkan data berupa angka-angka yang didapat dari orang–orang yang
diamati. Analisis dilakukan dengan cara menjumlahkan item pertanyaan responden
yang telah disebarkan, kemudian didapat hasil berupa data, data yang telah
tersusun akan dikelompokkan, kemudian disajikan dalam bentuk uraian yang
sistematis dan sederhana. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti
dengan datang ke rumah keluarga dengan salah satu anggota keluarga dengan
Diabetes Militus untuk memperkenalkan diri, mengutarakan maksd dan tujuan,
memberikan pretes, konseling, dan melatih salah satu anggota keluarga untuk
menjadi pengamat apakah anggota keluarganya melaksanakan apa yang telah
dikonselingkan oleh peneliti. Kemudian setelah 10 – 15 hari, karena dalam masa
itu keluarga sudah mulai trial mencoba melalukan sesuatu sesuai dengan
yang dikehendaki oleh stimulus dan peneliti datang kembali untuk memberikan
post tes untuk mengetahui perbaikan peran keluarga dengan Diabetes Millitus
sesuai yang diharapkan oleh peneliti.
Teknik Analisis Data.
Kuisioner yang telah diisi oleh
responden diberi kode sesuai dengan kriteria yang ditentukan, didistribusikan
dan dianalisa secara kwntitatif. Selanjutnya data diuji dengan analisa uji
statistic “ Pairet t Test (Uji beda ratarata untuk sampel yang berhubungan).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Kokap I, yaitu dusun Ngaseman, Hargorejo, Kokap, KulonProgo,
Yogyakarta. Dengan ketinggian 600 mpdl diatas permukaan air laut, berbatasaan
dengan sebelah Timur kecamatan Pengasih, Utara Samigaluh, Barat Purworejo,
selatan kecamatan Temon. yang kesemuanya berada di diwilayah kabupaten
Kulonprogo kecuali Purworejo yang berada di Jawa Tengah. Puskesmas Kokap I
memiliki 3 desa wilayah kerja yaitu desa Hargorejo, desa Kalirejo dan desa
Hargomulyo. Hargorejo memiliki 13 dusun, Kalirejo 9 Dusun, dan Hargomulyo 10
dusun. Sarana Kesehatan yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Kokap yaitu
Puskesmas Kokap I, Puskesmas Kokap II dan 3 Puskesmas Pembantu yang terletak di
desa Kalirejo, Hargomulyo, dan Hargowilis. Responden dalam penelitian ini
adalah keluarga yang salah satu anggota keluarga menderita penyakit Diabetus
Millitus dan yang mendapat konseling diantaranya ayah, ibu, anak, cucu yang
secara kebetulan berada dirumah ketika peneliti melakukan home visit.
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi karakteristik responden menunjukkan bahwa umur responden yang paling
banyak pada usia antara 51-70 tahun sebanyak 22 responden atau 84,61%, dan
paling sedikit diatas usia 70 tahun yaitu sebanyak 1 orang atau 3,84.
Berdasarkan tabel jenis kelamin responden didominasi oleh jenis kelamin laki-
laki yaitu 7 responden atau 29.92 dan perempuan yaitu 19 responden atau 26.92%.
Berdasarkan kelompok status perkawinan responden di wilayah kerja Puskesmas Kokap
I yaitu kawin 23 responden atau 88.46%, janda 1 responden atau 3.84%, dan Duda
2 responden atau 7.69%. Tingkat pendidikan mayoritas responden yang berada di
Wilayah kerja Puskesmas Kokap I adalah Sekolah Menengah Atas sebanyak 11
responden atau 42,30%, sedangkan paling sedikit erpendidikan S1 sebanyak 5
responden atau 19,23%. Tingkat penghasilan pada responden yang berada di
wilayah kerja Puskesmas kokap I adalah diatas Rp. 1.000.000,00 per bulan
sebanyak 24 atau 92,30% dan penghasilan kurang dari Rp. 1.000.000,00 per bulan
sebanyak 2 orang atau 7,70%. Jenis Pekerjaan responden yang berada di wilayah
kerja puskesmas kokap I paling panyak adalah Pensiunan sebanyak 11 orang atau
42,30% sedangkan paling sedikit adalah petani sebanyak 2 orang atau 7,69% (tabel
1).
Pengelolaan anggota keluarga
dengan DM tentang perencanaan makan sebelum dilakukan konseling masing–masing
cukup dengan nilai 14 atau 53.84%, sedangkan sesudah konseling ada peningkatan
yaitu menjadi 21 atau 80.78% dengan nilai baik. Sedang nilai terendah sebelum
konseling yaitu baik 3 atau 11.53%, nilai terendah sesudah konseling kurang
dengan angka 2 atau 7.69% (tabel 2).
Pengelolaan pasien DM tentang
latihan jasmani menggambarkan mayoritas kurang yaitu sebelum dilakukan
konseling yaitu baik 1 atau 3.84%, cukup tidak ada dan kurang 25 atau 96.15%,
sedangkan sesudah konseling terjadi peningkatan yaitu baik 15 atau 57.69%,
cukup 9 atau 34.61% dan kurang 2 atau 7.69% (tabel 3).
Pengelolaan pasien DM tentang
pemeliharaan kaki menggambarkan mayoritas kurang sebelum dilakukan konseling
yaitu baik atau 11.53%, cukup 7 atau 26.92% atau 16 kurang atau 61.53 dan ada
peningkatan setelah dilakukan konseling yaitu baik 9 atau 34.61%, cukup 11atau
42.30% dan kurang 6 atau 23.07% (tabel 4).
Pengelolaan pasien DM tentang
pengelolaan obat hipoglikemia sebelum dilakukan konseling masing–masing sudah
cukup baik yaitu baik 11atau 42.42%, cukup 15 atau 57.69%, dan sesudah
konseling menjadi peningkatan yang sangat bagus sekali yaitu 26 dengan baik
atau 100% (table 5).
Dari tabel hasil pengujian dengan
menggunakan paired t-Test (tabel 6) menunjukkan ada beda yang nyata antara pre
test dan post test dengan nilai probabilitas (p) = 0,00 (kurang dari 0,05),
maka Ho ditolak artinya perlakuan yang dilakukan memberikan perbedaan yang
nyata Sedangkan nilai t hitung – 10.445 menunjukkan bahwa perbaikan peran
sebelum pemberian konseling pada keluarga dengan Diabetus Millitus lebih kecil
dibanding sesudah konseling sehingga pemberian konseling pada anggota keluarga
dengan Diabetus Millitus efektif untuk perbaikan peran keluarga dalam
pengelolaan anggota keluarga dengan Diabetes Millitus Ho yang ditetapkan dalam pengujian
perbaikan peran kelurga adalah kedua rerata (pre test dan post test)
adalah identik artinya rata-rata kedua sama atau tidak berbeda secara nyata.
Dan digunakan tingkat signifikasi (a) 5% (0,05). Hal tersebut membuat Ho
diterima apabila nilai probabilitasnya >0,05 dan Ho ditolak apabila nilai probabilitasnya
< 0,05. Mean pre test 25.15 dan post test 38.12 artinya ada beda rata – rata
yang sangat besar antara pre dan post test yaitu sebesar 12.97.
Tabel 1 Distribusi
Frekwensi karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Kokap I pada bulan
September-November 2007
NO
|
Karakteristik
|
Frekuensi
|
%
|
|
1
2
3
|
Usia
30-50tahun
51-70tahun
>70tahun
|
3
22
1
|
11,53
84,61
3, 84
|
|
Total
|
26
|
100,0
|
||
4
5
|
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
|
7
19
|
26.92
73.07
|
|
Total
|
26
|
100,0
|
||
6
7
8
|
Satus Perkawinan
Kawin
Janda
Duda
|
22
1
2
|
88.46
3.84
7.69
|
|
Total
|
26
|
100,0
|
||
9
10
11
|
Tingkat Pendidikan
SMA/Sederajat
DII
DIII
SI
|
11
6
4
5
|
42.30
23.03
15.38
19.23
|
|
Total
|
26
|
100,0
|
||
Tingkat Penghasilan
|
||||
12
13
|
> Rp. 1.000.000
< Rp. 1.000.000
|
24
2
|
92.30
7.70
|
|
Total
|
26
|
100,0
|
||
14
15
16
17
|
Jenis Pekerjaan
PNS
Tani
Pensiunan
Wiraswasta
|
10
2
11
3
|
38.46
7.69
42.30
11.53
|
|
Total
|
26
|
100,0
|
||
Sumber : Data Primer Terolah, 2007
Tabel 2 Pengelolaan Pasien DM tentang perencanaan makan sebelum dan
sesudah konseling di wilayah kerja
Puskesmas Kokap I pada Bulan September – November 2007
Kriteria
|
Pre
|
Post
|
||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Baik
Cukup
Kurang
|
3
14
9
|
11.53
53.84
34.61
|
21
3
2
|
80.78
11.53
7.69
|
Tabel 3. Pengelolaan Pasien DM tentang latihan Jasmani
sebelum dan sesudah konseling di wilayah kerja Puskesmas Kokap I pada Bulan
September – November 2007
Kriteria
|
Pre
|
Post
|
||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Baik
Cukup
Kurang
|
1
-
25
|
.84
-
96.15
|
15
9
2
|
57.69
34.61
7.69
|
Tabel 4 Pengelolaan Pasien DM tentang Pemeliharaan
Kaki sebelum dan sesudah konseling di wilayah kerja Puskesmas Kokap I pada
Bulan September – November 2007
Kriteria
|
Pre
|
Post
|
||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Baik
Cukup
Kurang
|
3
7
16
|
11.53
26.92
61.53
|
9
11
6
|
34.61
42.30
23.07
|
Tabel 5 Pengelolaan Pasien DM tentang pengelolaan Obat
Hipoglikemia sebelum dan sesudah konseling di wilayah kerja Puskesmas Kokap I
pada Bulan September – November 2007
Kriteria
|
Pre
|
Post
|
||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Baik
Cukup
Kurang
|
11
15
-
|
42.30
57.69
-
|
26
-
-
|
100
-
-
|
Tabel 6 Hasil pengujian Paired t-Test pada keluarga yang mendapat
konseling
Rerata Nilai
|
Uji Statistik
|
Selisih rerata
|
Pre
Post
|
t
p
|
|
25.15
38.12
|
12.97
|
-10.445
0.00
|
Pembahasan
Memberikan perawatan kesehatan
pada anggota keluarga yang sakit adalah tugas dari keluarga, agar keluarga
dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, peran keluarga harus
terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan keseluruhan proses teurapetik (Friedman,
2000).
Hasil penelitian mengenai
karakteristik responden (tabel 1) menunjukkan bahwa umur responden yang paling
banyak pada usia antara 51-70 tahun sebanyak 22 responden atau 84,61%, dan
paling sedikit diatas usia 70 tahun yaitu sebanyak 1 orang atau 3,84%. Hal ini
disebabkan karena pada usia itu pola pemikiran manusia sudah matang dan mulai
sadar akan pentingnya kesehatan sehingga bila diberikan konseling maka akan
melaksanakannya dengan baik.
Jenis kelamin responden diatas
didominasi oleh jenis kelamin perempuan yaitu 7 orang atau 26.93% dan perempuan
yaitu 19 orang atau 73.07%, (Satir, 1967
dikutip dari Latipun, 2001) mengemukakan bahwa jenis kelamin berkaitan dengan
perilaku, bahwa individu melakukan perilakunya berdasarkan dengan jenis seksnya,
dan dalam konseling pada keluarga ini faktor seks sangat penting dalam upaya
pembentukan peran tingkah laku baru.
Tingkat pendidikan mayoritas
responden yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Kokap I adalah Sekolah
Menengah Atas sebanyak 11 orang atau 42,30%, sedangkan paling sedikit
berpendidikan S1 sebanyak 5 orang atau 19,23% .Friedman 2000 mengemukakan bahwa
semakin terdidik keluarga maka semakain baik pengetahuan keluarga tentang
kesehatan, disamping itu biasanya ibu memiliki informasi yang lebih baik.
Pernyataan lain yang mendukung tentang upaya peningkatan pengetahuan dengan
tingkat pendidikan adalah bahwa tingkat pengetahuan kesehatan responden yang
rendah dan menyebutkan korelasi antara penilaian tingkat pengetahuan diri
tentang subyek kesehatan dan perilaku yang aktual, memerlukan program
pendidikan kesehatan yang lebih efektif.
Jenis Pekerjaan responden yang
berada di wilayah kerja puskesmas kokap I paling panyak adalah Pensiunan
sebanyak 11 orang atau 42,30% sedangkan paling sedikit adalah petani sebanyak 2
orang atau 7,69%, artinya jenis pekerjaan tidak mempengaruhi pengaruh konseling
keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM.
Hasil penelitian tentang
pengelolaan anggota keluarga dengan DM tentang perencanaan makan sebelum
dilakukan konseling masing –masing cukup dengan nilai 14 atau 53.84%, sedangkan
sesudah konseling ada peningkatan yaitu menjadi 21 atau 80.78% dengan nilai
baik. Sedang nilai terendah sebelum konseling yaitu baik 3 atau 11.53%, nilai
terendah sesudah konseling kurang dengan angka 2 atau 7.69% (tabel 2), (Babylon
dan Maglaya 2000) mengemukakan ketrampilan keluarga dalam merawat anggota
keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan, ketrampilan dapat berkembang
karena mendengar juga melakukan secara berulang-ulang setelah diberikan
pembelajaran dapat mempengaruhi perubahan yang signifikan antara sebelum
dilakukan konseling dan sesudah dilakukan konseling. Bahkan Darlimanta Setiawan
mengungkapkan bahwa dalam penyusunan menu sebaiknya diusahakan mendekati
diusahakan kebiasaan sehari-hari, sederhana, bervariasi, dan mudah
dilaksanakan, seimbang serta sesuai dengan kebutuhan, dengan tidak
mengesampingkan cara hidup, selera, adat kebiasaan.
Hasil penelitian pengelolaan
pasien DM tentang latihan jasmani menggambarkan mayoritas kurang yaitu sebelum
dilakukan konseling yaitu baik 1 atau 3.84%, cukup tidak ada dan kurang 25 atau
96.15%, sedangkansesudah konseling terjadi peningkatan yaitu baik 15 atau
57.69%, cukup 9 atau 34.61% dan kurang 2
atau 7.69% (tabel 3), Adanya peningkatan yang sangat signifikan ini disebabkan
sesuai yang diungkapkan (Bloom, 2000) sebelum diberikan konseling responden
kurang memahami kegunaan dari latihan jasmani tersebut dan setelah dilakukan
konseling maka keluarga menjadi “tahu” artinya ada pengaruh yang signifikan
juga sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk
didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
Hasil penelitian pengelolaan
pasien DM tentang pemeliharaan kaki menggambarkan mayoritas kurang, sebelum
dilakukan konseling yaitu baik 3 atau 11.53%, cukup 7 atau 26.92% ,16 kurang
atau 61.53 dan ada peningkatan setelah dilakukan konseling yaitu baik 9 atau
34.61%, cukup 11atau 42.30% dan kurang 6 atau 23.07%(tabel 4), Peningkatan yang
signifikan disebabkan karena keluarga mempunyai kemampuan untuk melakukan
pencegahan primer, menanggulangi, dan memulihkan (pencegahan tertier) untuk
dapat menjalankan peran keluarga yang mengalami masalah kesehatan sehingga
setelah mendapatkan konseling diharapkan dapat mengelola anggota keluarga
dengan DM bisa optimal.
Hasil penelitian pengelolaan
pasien DM tentang pengelolaan obat hipiglikemia sebelum dilakukan konseling masing
–masing sudah cukup baik yaitu baik 11atau 42.42%, cukup 15 atau 57.69%, dan
sesudah konseling menjadi peningkatan yang sangat bagus sekali yaitu 26 dengan
baik atau 100% (tabel 5). Darlimanta Setiawan mengemukakan ini dikarenakan obat
hipoglikemi yang dimiliki penderita hanya sedikit dan seringnya kontrol di
fasilitas kesehatan seperti RSUD, Puskesmas sehingga dengan memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan melakukan evaluasi secara terus
– menerus maka pengelolaan obat hipoglikemia dapat berhasil dengan baik.
Berdasarkan kenyataan dilapangan perubahan peran yang sangat bagus ini juga
disebabkan karena peneliti sering mengingatkan melalui pesan singkat yang kami
kirim melalui telepon seluler, sehingga walaupun tidak melakukan pengawasan
secara langsung dapat meningkatkan kesadaran bagi responden yang sedang
melakukan pengelolaaan pasien Diabetes Millitus di keluarganya. Pemberian
famplet kepada responden juga sangat berarti karena dapat dibaca setip saat
ketika peneliti meninggalkanya, selain itu peneliti juga melakukan contoh
gerakan – gerakan olah raga, cara pemotongan kuku kaki, pemberian contoh menu
yang seimbang bagi penderita DM, dan memberitahukan obat anti diabet serta cara
minumnya.
Nilai rata –rata total akhir
setelah dilakukan konseling keluarga pada anggota keluarga dengan DM yaitu
12.97 artinya pemberian konseling sangat efektif untuk keluarga yang menderita
DM dengan cara home visit.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
dalam penelitian ini adalah : Pertama, peran keluarga dalam perencanaan makan
pada anggota keluraga dengan DM setelah dilakukan konseling baik yaitu
21penderita atau 80.78 %, Kedua, Peran keluarga dalam latihan jasmani pada
anggota keluarga dengan DM setelah dilakukan konseling baik yaitu 15 atau
57.69%. Ketiga, peran keluarga dalam pemeliharaan kaki pada anggota keluarga
dengan DM setelah dilakukan konseling baik yaitu 9 atau 34.61%. Keempat, peran
keluarga dalam pengelolaan obat hipoglikemi pada anggota keluarga dengan DM
sudah cukup baik yaitu 26 atau 100%. Kelima, ada pengaruh yang sangat
signifikan dengan selisih rerata 12.97 tentang konseling keluarga terhadap
perbaikan peran keluarga dalam pengelolaan anggota keluarga dengan DM di
wilayah kerja Puskesmas Kokap I tahun 2007.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, WP, 2006. Hubungan Stressor dengan DM.
Skripsi. Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta
Elisabeth J Corwin, 2004. Buku Saku Patofisiologi, EGC
Kedokteran Jakarta Jazilah, Paulus Wijono dan Toto Sudargo, 2003. Hubungan
Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktek (PSP) Penderita Diabetes Mellitus mengenai
Pengelolaan Diabetes Mellitus dengan Kendali Kadar Glukosa Darah. Jurnal
Sains Kesehatan 16 (3) September 2003.
Latipun, 2001. Psikologi Konseling edisi 3, Universitas
Muhammadiyah Malang Notoatmodjo, S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta Jakarta.
Riwidigdo, H, 2006. Statistik Kesehatan. Mitra
Cendekia Press, Yogyakarta.
Setiawati, S,2005. Tuntunan Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga, Risqi Press Bandung
Saefudin A, 2002. Metodologi Penelitian, Karya
Cipta Mandiri Jakarta.
Tjokroprawiro A, 2001. Diabetes Militus Klasifikasi
Diagnosa dan Therapy Edisi 3, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Yose, RI,2007. Gambaran Dislipidemia pada Penderita
DM tipe II. Skripsi. Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta